Kelompok Santri Tani Milenial: Menggali Potensi Negara Agraris

Photo of author

By admin

Belajarglowing.com | Kelompok Santri Tani Milenial Tanah yang subur dan iklim tropis yang mendukung, membuat segala macam jenis pertanian bisa dengan mudah dikembangkan di Indonesia. Mulai dari, padi, kelapa sawit, kopi, karet, sayur mayur, dan banyak lagi yang lainnya. Sayangnya banyak pemuda di Indonesia yang kurang menaruh minat pada industri pertaniann. Hal inilah yang membawa Rizki Hamdani mempelopori “petani milenial” dengan berbabagai ide dan trobosannya

Kelompok Tani Milenial

kelompok santri tani

Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama.

Lebih dari 30% angkatan kerja Indonesia bekerja di bidang pertanian, dan sektor ini menyumbang sebagian besar produk domestik bruto (PDB) negara ini.

Tanah yang subur dan iklim tropis yang mendukung, membuat segala macam jenis pertanian bisa dengan mudah dikembangkan di Indonesia. Mulai dari, padi, kelapa sawit, kopi, karet, sayur mayur, dan banyak lagi yang lainnya.

Pertanian juga merupakan bagian integral dari budaya Indonesia, dengan praktik-praktik pertanian tradisional yang menjadi ciri khas dalam kehidupan pedesaan.

Meskipun Indonesia mengalami perkembangan ekonomi yang pesat di sektor-sektor lain, pertanian tetap menjadi tulang punggung ketahanan pangan dan ekonomi negara ini. Itulah sebabnya mengapa Indonesia hingga kini tetap dikenal sebagai negara agraris.

Tapi sayang, dengan berbagai dalih, pemuda-pemuda saat ini semakin jarang yang memilih kegiatan bertani sebagai profesi.

Fenomena ini tidak dapat dilepaskan dari perubahan besar dalam paradigma pekerjaan yang dihadapi oleh generasi muda. 

Meskipun pertanian adalah sektor yang vital dan menjanjikan karena berperan penting dalam menyediakan makanan bagi populasi global yang terus berkembang, namun nyatanya banyak anak muda cenderung enggan menjadi petani.

Setidaknya, itulah yang menjadi pandangan Rizki Hamdani, penggagas dan pengembang “Kelompok Santri Tani Milenial” dan Sistem Pertanian Terpadu atau Integrated Farming System (IF) yang beberapa tahun silam pernah meraih predikat sebagai finalis SATU Indonesia Award 2020.

Kisah dibalik gagasan dan pengembangan Kelompok Santri Tani Milenial dan IF oleh Rizki Hamdani ini sebenarnya sangat menarik untuk diceritakan. Pasalnya, kisah ini sangat inspiratif dan bisa dijadikan sebagai lecutan semangat bagi generasi milenial yang masih enggan menjadi petani.

Mengenal Sosok Rizki Hamdani

Cerita tentang Rizki Hamdani yang menjadi penggagas sekaligus pengembang Kelompok Santri Tani Milenial dan juga IF ini akan saya mulai dari tahun 2017, karena tahun ini adalah tahun di mana Rizki memutuskan untuk resign dari pekerjaannya di Jakarta.

Setelah resign, Rizki memutuskan untuk kembali ke Jombang dan berencana untuk berwirausaha di bidang pertanian dengan membudidayakan lele.

Ketika kembali ke Jombang itulah, Rizki Hamdani bertemu dengan beberapa santri dari Pondok Pesantren Fathul Ulum. Waktu itu, beberapa santri tampak asyik memberi pakan ikan-ikan di kolam milik pondok.

Dan, terjadilah interaksi dan obrolan seputar budidaya perikanan karena kebetulan, para santri juga memiliki minat sama, yaitu budidaya ikan, seperti minat Rizki.

Setelah berdiskusi, beberapa santri merasa tertarik dan ingin belajar lebih jauh dengan datang langsung ke rumah Rizki.

Berbagai informasi yang diperoleh oleh para santri dari Rizki mengenai cara budidaya kemudian diterapkan di Pondok Pesantren hingga membuat KH. Ahmad Habibul Amin (Kyai Amin) sebagai pimpinan pondok penasaran dan bertanya.

“Dari mana kalian mendapatkan informasi itu? Siapa yang mengajarkan kalian?” Tanya Kyai Amin kepada para santrinya.

“Kami dapat dari mas Rizki.” Jawab santri.

Setelah mendapatkan penjelasan panjang lebar dari santri, Pak Kyai pun jadi penasaran dan ingin segera bertemu dengan Rizki.

“Kalau begitu, kapan kita bisa ketemu mas Rizki?” Tanya Kyai.

Obrolan singkat tersebut kemudian berlanjut pada pertemuan antara Rizki Hamdani dan pimpinan pondok pesantren. Setelah berdiskusi panjang lebar, Pak Kyai merasa yakin dengan sosok Rizki Hamdani dan memintanya untuk ikut membantu mengembangkan pondok pesantren agar para santri bisa menjadi mendapatkan bekal di bidang entrepreneur.

Gayung pun bersambut. Tanpa pikir panjang, Rizki Hamdani langsung mengiyakan ajakan Pak Kyai dan mulai fokus membimbing santri untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian hingga peternakan.

Rizki Hamdani kemudian menggagas “Kelompok Santri Tani Milenial” untuk memutus mata rantai perdagangan hasil ternak yang terlalu panjang.

Pasalnya, selama ini penghasilan santri dari hasil panen pertanian maupun peternakan kerap kali diambil oleh para pengepul sehingga keuntungan yang didapat tidak terlalu banyak.

Tapi setelah berdirinya Kelompok Santri Tani Milenial, kini mereka bisa langsung menjual hasil peternakan ke rumah pemotongan.

Di samping itu, melalui Kelompok Santri Tani Milenial, Rizki juga bisa membantu memfasilitasi pengelolaan pasca panen para petani sorgum di Jombang. Hasilnya, omset kelompok tani sorgum mengalami peningkatan yang signifikan.

Rizki Hamdani Meraih Penghargaan “SATU Indonesia Awards 2020”

Rizki memulai perjalanan luar biasanya dengan membina para santri untuk menjadi petani dan peternak yang mahir. Dia mendirikan Kelompok Santri Tani Milenial sebagai wadah bagi beberapa pondok pesantren di Jombang untuk menggali potensi pertanian, beternak, dan budidaya perikanan. Dengan semangat yang tak kenal lelah, ia memberikan pelatihan, pengetahuan, dan bantuan teknis kepada para santri.

Hingga Agustus tahun 2020, sudah ada 40 Kelompok Santri Tani yang tersebar di seluruh Jombang. Mereka tidak hanya menghasilkan hasil pertanian yang bermutu tinggi, tetapi juga memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang prinsip-prinsip pertanian yang berkelanjutan.

Salah satu contoh keberhasilan yang luar biasa bisa dilihat pada kelompok tani sorgum. Dengan bantuan Rizki, pendapatan mereka bisa menembus angka 60 juta rupiah per bulan setelah diberi fasilitas pengolahan pasca-panen.

Produk olahan sorgum mereka, seperti tepung sorgum dan makanan ringan, dikenal dan dicari di area peristirahatan di Tol Trans Jawa.

Melihat usaha Rizki yang pantang menyerah, Kementerian Pertanian dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai serta Hutan Lindung Brantas pun memberikan apresiasi dan dukungan. Dukungan ini membantu memperluas dampak positif dari program Kelompok Santri Tani Milenial Rizki.

Berkat tekad dan dedikasi yang kuat dalam menggagas Kelompok Santri Tani Milenial dan sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System), Rizki Hamdani pun meraih Penghargaan “SATU Indonesia Awards” pada tahun 2020.

SATU Indonesia Awards sendiri adalah bentuk apresiasi Astra yang diberikan kepada anak bangsa baik itu individu atau satu kategori kelompok yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang berikut ini.

  1. Kesehatan
  2. Pendidikan
  3. Lingkungan
  4. Kewirausahaan, dan
  5. Teknologi

Keberhasilan Rizki Hamdani menyabet gelar finalis SATU Indonesia Awards 2020 setelah sukses membangun Kelompok Santri Tani Milenial dan sistem pertanian terpadu, adalah bukti nyata bahwa satu individu yang memiliki tekad kuat dan visi yang jelas pasti bisa memberikan perubahan yang signifikan di dalam masyarakatnya.

Melalui dedikasinya dalam mengajar dan memberdayakan santri di sektor pertanian, Rizki telah membantu banyak orang muda mencapai kemandirian ekonomi mereka dan membuka pintu untuk masa depan yang lebih cerah. Bagaimana dengan kamu?

Tinggalkan komentar